Pages

Monday 24 October 2016

Bahuku tidak segagah dahulu.

Alangkah kalau bisa saja begitu. Kau datang, aku hulur bahu. Marilah tumpang bersandar. Aku tahu kau lelah jalani hidup. Pinjamkan saja bahuku ini, bukanlah berat kepala mu untuk pundakku tanggung. Tidaklah aku berkira-kira mahu tepis atau jatuhkan kepalamu, jangan risau. Aku masih lagi mampu menjadi tugu untuk kau lepaskan lelah tanpa ragu. Alangkah kalau bisa saja begitu.

Tapi kini aku bukan seperti itu. Bahuku sudah tidak kelihatan. Aku sendiri kenanaran mahu menumpang rehat di celah mana. Bukan aku tidak lagi sudi pinjamkan bahu, tapi aku sendiri tidak mampu berdiri dengan aman, bagaimana bisa aku jadi tempat sandaran? Alangkah kalau bisa saja begitu.

Tapi hari ni bukan lagi seperti semalam. Kau datang, tidak aku sambut, halau juga tidak. Tapi kau tidak juga mahu fahami aku. Kau masih tetap datang dengan beban yang berat di mata dan sarat di jiwa. Bebanmu terlalu banyak sehingga kau tidak lagi nampak bahuku sebenarnya sudah sedia penuh dan menunggu rebah. Padahal kau cukup tahu bahuku pernah patah. Bahuku tidak segagah dulu. Kau tahu itu. Alangkah kalau bisa saja begitu.

Aku dengan bahuku yang belum sembuh dan kau datang lagi minta dipinjamkan sedikit ruang di celah itu. Tidak mengapa, datang sajalah.

Aku tahan saja, sampai nanti aku jatuh tidak lagi bangun.

Untuk kau.

No comments:

Post a Comment