Pages

Tuesday 30 September 2014

Bahtera Laut dan Cubaan, sama saja.

Assalammualaikum.

Alhamdulillah wastagfirullah.

"Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. "
(QS. An-Nahl [16] : 14).

Kali ini kita berbicara tentang laut, pantai dan perasaan.

Ingat lagi aku tentang puisi pertama yang ku minati nukilan seorang Abdullah,
kira-kiranya 4 tahun yang lalu. 
Aku sebenar tidak tahu kenapa aku meminati puisi ini.
Mungkin kerana jatuh cinta pada bahasanya.
Mungkin kerana jatuh cinta pada keindahan susunan kalamnya.
Aku sendiri tidak pasti.
_________________________________________________________________________

Kala laut sunyi hebat melambung ombak benci
Teroleng-oleng sampan kecil mengayuh cari daratan
Angin jangan hembus pergi tenang ini
Aku cuma penumpang menumpang damai lautmu
Cuba lari menjauh desir ribut cebis hati
Cuba tutup mata membutakan kejamnya dunia

Demi umurku bersumpah
Aku penumpang paling bertuah
Punya sampan kecil tapi kuat menongkah langkah
Walau compang camping bertampal gam rekahnya
Walau layar cuma sehelai sejadah buruk hadiah dari Tuhanku

Malam bawa pergi matahariku
Siang bawa pergi bulanku
Penumpang buta tanpa cahaya
Meraba-raba di lautan belantara
Turun naik tinggi gunung ombak
Terkapai-kapai cari capai tangan Hidayahnya

Titis hujan tengkujuh ini menghanyut pergi lukisan mimpi
Dingin hembus nafas sang Murabbi bagai tanda aku dikasihi
Moga doa empati penumpang ini bisa terus menerobos hati Ilahi

Walau sesak sempit penjara sampan dilautan sunyi
Walau kencang angin tidak sayang padaku
Walau dikhianati bintang penunjuk jalan ini
Aku rela walau disimbah asid caci
Kerna aku penumpang sejati cuba cari titik sujud kasih Rabbul Izzati

Demi umurku bersumpah
Aku penumpang paling bertuah.
_______________________________________________________________________________

Sekembali ke rumah, sekian lama tidak ke pantai.
Aku suka, merenung laut, salah satu ciptaanNya yang indah.
Bisa menenangkan hati, bagi yang memikirkan.


Menempuh hidup disamakan dengan melayari bahtera di lautan.

"Seburuk apapun, sekeruh apapun kondisi bahtera kita, janganlah sekali-kali mencoba untuk keluar dari bahtera ini dan memutuskan berenang seorang diri, karena pasti kau akan kelelahan dan memutuskan menghentikan langkah yang pada akhirnya tenggelam di samudera kehidupan." - Abdullah

Mari berlari menuju Tuhan.
Dakap erat dalam hati, hingga bertemu abadi.


No comments:

Post a Comment